Lukisan Lana


Kanvas itu telah terlukis. Lana memandanginya dalam-dalam. Entah apa yang ada di dalam benaknya saat ini. 
Jemarinya menyentuh lukisan setengah jadi itu perlahan-lahan seolah ia tengah menyentuh kembali kenangannya sekian tahun yang lalu.

Lukisan ini tidak pernah selesai. Kubasuh lagi. Kuulang lagi. Dan aku berharap warna-warna yang kulukiskan adalah sebuah harmoni.


Lana sangat menyukai melukis alam, sungai, lautan dan karang, pepohonan, senja, awan, gerimis di sore hari, dan Arga. Ia tidak perlu menyepi atau berdiam selama berhari-hari untuk mencari sebuah inspirasi untuk lukisannya. Arga telah membawakan inspirasi itu untuknya.

Kau telah menunjukkanku warna-warna yang belum pernah aku lihat sebelumnya, Arga. Aku telah berulang kali mengamati pelangi selepas gerimis, atau berlama-lama di tepi pantai hanya untuk menangkap birunya dan hitamnya pasir. Kukenali mereka dari pengelihatanku, tetapi ternyata aku salah.
Disentuhnya kuas-kuas yang tertata di papan lukisnya. Bulu-bulu kuas itu kini telah mengering, beberapa diantaranya masih menyisakan cat yang membuat kuas-kuas itu kotor dan dekil. Sudah hampir setengah tahun ia tidak pernah menyentuh lukisan ini, dan ia tidak berniat melanjutkannya kembali.

Warna-warnamu telah mengering untukku
Jika gerimis akan membasahimu kembali, biarkan
Jika matahari dapat mencairkanku, biarkan
Namun jika lautan menenggelamkanku, biarkan
Yang aku pahami bahwa kau telah memilih lukisanmu
Telah kau bingkai dirimu dalam kegelapan yang kau sendiri tak pernah tahu sampai dimana ia berbatas
Disanalah engkau berada
Mungkin di luar angkasa yang tak mungkin terjangkau pelangi ataupun matahari

Lana kembali tersenyum, ada yang menggelitik benaknya dan ia seolah baru terjaga dari mimpi Cinderella yang telah membiusnya bertahun-tahun. Digulungnya kanvas itu hati-hati, dikumpulkannya kuas-kuas kotor yang selama ini terbiar mengotori ruang hatinya. Perlahan namun pasti, ia telah menguatkan niatnya untuk membuka sebuah kanvas baru yang kosong menjadi lukisan di dindingnya. Jiwanya yang baru. Ia masih percaya, ia masih mengimani bahwa besok, atau lusa, atau mungkin sedetik yang akan datang ia mampu melukiskan sebuah keajaiban dalam hidupnya. Lana telah mendapatkan jiwanya kembali.

Aku akan melihat dengan jiwaku, Arga. Ya, dengan jiwaku.

0 komentar: