Roman Jaman

Sedetik ketika kamu berlalu dari hadapanku, aku hanya tersenyum. Dalam hati aku berpikir betapa lucunya aku dan kamu. Memang tidak banyak waktu yang kita lewati bersama, namun aku dapat sangat mengerti tentang semua yang terjadi padamu ketika kamu berkata bahwa aku seolah menjadi hantu di pikiranmu. Membuatmu melayang-layang tak menjejak bumi. Mengganggumu saat menjelang tidur, atau bahkan aku hadir di mimpimu tanpa permisi dan ketika kamu terbangun, kamu akan segera memberitahuku dengan penyesalan yang amat dalam. Ah, kamu jadi sangat berlebihan kan?

Aku tersenyum, ketika ada sebuah pesan singkat di ponselku:
“Jangan lupa mimpiin aku ya, supaya nanti malam kita bisa ketemuan di langit”

Bertemu di langit? Mengapa tidak di rumahku atau di warung nasi goreng deket perempatan depan saja, kan bisa sekalian makan malam. Aku akan dengan senang hati membuatkan secangkir teh manis hangat untukmu jika kamu berdiri di depan pintuku. Tidak perlu jauh-jauh ke langit jika hanya ingin bertemu denganku. Dan, kamu juga tidak perlu membuatkanku sepasang sayap untuk terbang kesana.


Dalam kesendirianku aku selalu berpikir tentang diriku. Apakah kamu mengimajikanku seperti seorang puteri raja yang harus mendapatkan perlakuan yang amat sangat spesial dan khusus. Dilayani dengan cara yang amat halus seolah-olah aku ini porselen cina yang tidak boleh tergores. Hingga kamu menjadi terlihat sangat berhati-hati untuk menyentuhku, untuk bertemu saja kamu memilih di langit yang benar-benar jauh dari keramaian.
Atau, jangan-jangan kamu memandangku seperti Xena? Salah satu pejuang wanita yang sangat kuat dan mandiri. Wow! Sebelumnya terimakasih jika kamu menyamakan aku dengan Xena, The Warrior Princess, jujur aku sangat terhormat. Namun, sekaligus aku juga mengungkapkan kesedihanku. Mengapa? Karena ternyata kamu tidak benar-benar mengenalku dengan baik, sayang. Jika aku boleh jujur, aku tidak pernah memilih untuk menjadi seperti sekarang ini. Bahkan tidak pernah terbayang dalam benakku untuk menjadi seorang yang sangat mandiri, apa-apa sendiri. Karena aku tidak mau sendiri. Aku bisa nangis jika aku kangen berat dan kamu tidak membalas sms dan teleponku. Hatiku juga berbunga-bunga ketika kamu bersedia meluangkan waktumu walau hanya satu jam saja untuk menemaniku makan dan mendengarkan cerita-ceritaku tentang banyak hal. Atau, membaca sms singkatmu yang hanya mengirimiku sepotong kalimat penyemangat di pagi hari sebelum aku beranjak dari tempat tidurku. Aku tidak rumit, walaupun kadang aku masih kekanak-kanakan saat menuntut kamu untuk lebih memahamiku.

Jika kamu telah memahamiku lebih dalam, maka kamu akan mendapati sebuah sosok yang amat berbeda dari apa yang kamu yakini saat ini. Mengapa tidak kamu coba lakukan sekarang?

Yang aku yakini, bahwa untuk menyatakan sebuah kesungguhan tidak perlu kita menjadi orang lain. Kesungguhan itu terkadang jelas terlihat dari kesederhanaan, dari detil yang mungkin lepas dari pengharapan, dan bahkan dari hal-hal remeh-temeh di sekeliling kita. Kesungguhan memang butuh pengorbanan. Kesungguhan itu juga butuh keberanian. Dan, kesungguhan itu tidak dapat menunggu.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

nice...... dijaman sekarang susah dapatkan pasangan yang bersungguh-sungguh

Unknown mengatakan...

karena semuanya berproses, dan kesungguhan adalah salah satu bagiannya :)

keep the faith (arrum:21)