Telecommunity dalam Network Society



Network Society adalah salah satu pendekatan yang dipopulerkan oleh seorang ahli ilmu media dan komunikasi Jan van Dijk. Dalam bukunya yang berjudul The Network Society, van Dijk menjelaskan bahwa Network Society berkembang dan terbangun sebagai bagian dari konsekuensi penggunaan jaringan internet. Dengan adanya perkembangan ICT dan penggunaannya yang sangat pesat oleh masyarakat maka terjadi perubahan pola dan desain komunikasi yang juga secara langsung merubah infrastruktur dalam masyarakat. Yang dimaksud dengan social (infra)structur dimensinya meliputi ruang, waktu, kedalaman, serta tinggi rendahnya sosial struktur. Perubahan pola dan desain komunikasi ini tidak hanya terjadi pada komunikasi interpersonal saja, tetapi juga pada ruang lingkup komunikasi massa.


Community dan Telecommunity
Poin penting dalam Network Society adalah penggunaan alat-alat komunikasi yang dapat memediasi jarak, ruang, dan waktu dalam satu aktivitas komunikasi. Tonnies dan Durkheim menegaskan bahwa konsep baru komunitas muncul bersamaan dalam hubungannya dengan globalisasi dan telekomunikasi. Sebagaimana ia menjelaskan bahwa komunitas adalah sebuah kumpulan manusia yang memiliki conscience collective, yaitu serangkaian kepercayaan (beliefs) dan emosi yang umum dimiliki oleh anggota kelompok dan membentuk sebuah sistem yang menentukan kehidupan mereka sendiri. Salah satu contoh bentuk komunitas adalah: komunitas keagamaan. Conscience collective menekankan pada pentingnya fakta materi sosial seperti institusi yang ada dalam masyarakat, kepadatan populasi, dan juga jumlah dan sifat saluran komunikasi yang dipergunakan.
Komunitas tradisional yang memiliki kesadaran organis memiliki struktur, menurut Tonnies disebut sebagai Gameinschaft (unity in plurality): memiliki relasi yang berifat intim, privat, hidup bersama secara ekslusif; seperti keluarga.
Gameinschaft is a form of ‘unity in plurality’, it is close-knit: ‘the intimate,  private, exclusive living together – like family’.
Sebaliknya, ketika masyarakat mulai berkembang menuju masyarakat yang lebih industrialis, misalnya masyarakat urban yang lebih heterogen baik secara profesi maupun kepentingannya, kesadaran yang dimilikinya juga berbeda, yaitu yang disebut dengan kesadaran mekanis. Dengan struktur sosial yang lebih individualis maka komunitas urban lebih cenderung bersifat Gesselschaft (plurality in unity). Namun, kesatuan (unity) dalam komunitas Gesselschaft berbeda dengan kesatuan yang dimiliki oleh komunitas tradisional. Kesatuan dalam Gesselschaft bersifat semu dan superfisial, sebagaimana Tonnies menegaskan:
In contrast to Gameinschaft, Gesselschaft is transitory and superficial. Whilst Gameinschaft should be understood as a living organism, and Gesselschaft is a mechanical aggregate and artifact (39).
Konvergensi media sebagai penyebab utama globalisasi informasi yang merusak tatanan sistem sosial dan aktor yang berperan di dalamnya, secara praktis hal ini merubah jaringan sosial dan desain komunikasi. Dampak nyata dari realitas ini adalah individu menjadi teralienasi dan runtuhnya sistem dan institusi sosial, misalnya kekerabatan, kekeluargaan, dll. Sistem komunikasi yang termediasi oleh teknologi media yang semakin canggih memungkinkan manusia untuk terhubung dengan manusia lainnya walaupun terpisah jarak, ruang, dan waktu. Mereka dapat berkomunikasi melalui jaringan internet dimana komunikasi dapat terjadi seperti dalam realitas sebenarnya.
Howard Rheingold memberikan definisi yang  lebih spesifik yang dimaksud dengan virtual (online) community:
          When people carry on public discussion long enough with sufficient human feeling to form webs of personal relation (dikutip dari Dijk, 2006).
Dengan kata lain, bahwa virtual community dapat menjadi sarana lain dalam menyampaikan sebuah kepentingan, pendapat dan nilai-nilai tertentu dengan memanfaatkan layanan ruang pada internet (misalnya web) sehingga memungkinkan penggunanya dapat berinteraksi secara interpersonal. Secara langsung ini mengindikasikan bahwa terdapat pergeseran dari komunikasi face-to-face menjadi komunikasi online.

Computer-Mediated Communication (CMC)
            Perkembangan teknologi telah memberikan kontribusi yang sangat besar tidak hanya untuk  bidang telekomunikasi saja, tetapi juga memungkinkan untuk transmisi data komunikasi dan formasi jaringan komunikasi massa. Dengan sistem komunikasi yang terintegrasi ini kemudian munculah istilah teknologi informasi dan komunikasi dengan sebutan new media, atau multimedia. Karakteristik multimedia adalah mampu menciptakan, memproses, mentransmisi (suara, teks, data, dan gambar) dalam satu alat.
Multimedia dengan dukungan internet service menjadi sebuah alat komunikasi yang memiliki peran sangat penting dalam mempengaruhi peradaban manusia. Computer-Mediated Communication (CMC) dapat dikatakan sebagai sistem komunikasi bagi masyarakat yang telah bergantung pada informasi dan jaringan. Dengan demikian sistem komunikasi ini mampu menjembatani face-to-face communication dan komunikasi massa. Selain itu, CMC merupakan jendela atau jembatan untuk menghubungkan manusia dengan komunikasi dunia virtual (cyberspace) dimana di dalamnya mereka juga dapat terhubung dengan seluruh manusia dari penjuru dunia tanpa batas.

Cyber Society
Munculnya cyber society juga menjadi salah satu indikasi pengaruh network society, menurut James Carey, pertumbuhan konvergensi media yang semakin kompleks melahirkan sebuah media baru yang mampu memediasi pesan melampaui, ruang dan waktu, yang disebut new media/multimedia. Jaringan komputer atau yang lebih populer disebut dengan CMC tidak lebih dari sebuah jembatan atau jendela yang menghubungkan manusia ke cyberspace dan komunikasi face-to-face dengan orang lain. Konvergensi ini tidak hanya terjadi pada media komunikasi saja, tetapi juga berpengaruh pada komunikasi data, dan media massa (Dijk, 2006).
Lebih jauh lagi tentang komunikasi yang termediasi oleh perangkat jaringan komputer menjadi penyebab utama keterikatan seseorang dengan alat (device) yang dipergunakannya. Para pengguna ini memperlakukan mesin penghubung ini seolah-olah mereka memiliki otak dan sebaliknya menganggap diri mereka sendiri sebagai mesin. Sebagaimana diungkapkan oleh Turkle dalam Life on Screen (1995):
For adults as well as children, computers, reactive and interactive, offer companionship. They seduce because they provide a chance to be in complete control, but they can trap people into an infatuation with control, with building one’s own privat  world.
Dapat dikatakan bahwa komputer telah bertransformasi menjadi diri kedua, menemukan jiwa di dalam mesin, dan dapat mengganti hubungan manusia, sebuah ketergantungan yang kemudian dapat menjadi sebab dan akibat dari sebuah histeria. Keterikatan ini kemudian dikenal sebagai digital intimacy.
Teknologi tidak hanya berpengaruh secara sosial ekonomi tetapi ada indikasi teknologi dapat menciptakan gap. Karena perkembangannya, teknologi tidak hanya dikonsumsi dari use-value nya saja, tetapi juga dikonsumsi dari sign-exchange value nya atau menciptakan komodifikasi. Penyesuaian-penyesuaian (customisation) terjadi karena teknologi media merupakan sekumpulan matriks digital yang merupakan bahasa baku dari mesin.
Menurut Marshal McLuhan bahwa electr(on)ic technology merupakan pangkal munculnya electr(on)ic communication yang serba digital. Jadi, komunikasi manusia seolah-olah komunikasi yang menggunakan bahasa mesin. Digitalisation telah mampu menterjemahkan komunikasi manusia dalam wajah yang berbeda, misalnya dengan menyatukan mereka dalam komunitas virtual dimana kehadiran fisik tidak lagi penting. Komunitas virtual yang dikenal dengan cyber society ini seolah-olah menyatukan manusia dari penjuru dunia yang sebenarnya berbeda ruang dan jarak dalam satu tempat bersama. McLuhan menamai tempat ini sebagai Global Village. Dalam Global Village, mereka dapat mengakses informasi dengan kecepatan yang sama seperti manusia lainnya. Mereka terikat dan saling terhubung satu sama lainnya, karena jarak dan waktu telah tereliminasi. Sebagai dampak dari electr(on)ic media maka pengikisan budaya dan perubahan perilaku dari pengguna media ini tidak akan terelakkan. Karena sesungguhnya penggunaan teknologi tidak lebih merupakan sebuah ekspansi simbolik dari penguasa (pencipta teknologi) kepada penerima (pengguna teknologi).

Referensi:
Van Dijk, Jan. (2006): The Network Society: Social Aspects of New Media. London: SAGE Publications
McLuhan, M.(1964): Understanding Media. New York: Mentor
McLuhan, M.(1962): The Gutenberg Galaxy. London: Routledge & Kegan Paul
McLuhan, M. and Q. Fiore (1967): The Medium is the Massage. New York: Bantam
McLuhan, M. and Q. Fiore(1968): War and Peace in the Global Village. New York: Bantam

2 komentar:

Anonim mengatakan...

makasiiihh banget bantuannyaa :)

Unknown mengatakan...

sama-sama...semoga bermanfaat :)