Nangkring Nang Angkringan



Satu lagi ‘budaya’ yang tidak bisa dilepaskan dari Jogja. Ngangkring, alias makan di angkringan. Beberapa waktu lalu, aku dikunjungi oleh salah satu teman dari Jakarta. Setelah lama muter-muter di Togamas Gejayan, akhirnya kami kelaparan dan dia mengajakku mampir ke Hoka-hoka Bento Jakal. Aku tersenyum geli, karena terakhir kali aku makan masakan Hokben ketika semester akhir kuliah bersama Kadek, Meiza, dan Luci. OMG, hampir 2 tahun yang lalu. Walaupun aku suka makan makanan Jepang, tapi kalau Hokben, kayaknya aku pikir-pikir lagi. Bukan karena harganya, tapi rasa makanannya kurang nJepang aja
.

Berburu Gado Gado



Alohaaa!!!
Mei udah diujung tanduk, dan aku masih belum menyetorkan tulisan sama sekali pada blog kesayanganku ini. :D
Hari ini aku ingin sharing tentang... Gado-gado. Yes, gado-gado.
Salah satu makanan favoritku selain pecel tentunya. Sepertinya aku memang memiliki kencenderungan mencintai makanan berbumbu kacang: siomay, batagor, sate, rujak, tahu tek-tek, dan gado-gado. Apalagi?. Di Jogya, gado-gado memiliki 2 versi: lotek vs gado-gado. Mungkin mirip dengan rujak vs campur (semacam rujak yang sayurnya dikurangi dan ditambah dengan krupuk mie...semoga kalian tidak bingung membayangkannya). Jangan tanya gimana rasanya lotek, karena sampai sekarang aku masih belum sempat mencobanya. Tapi kata beberapa teman, lotek rasanya mirip gado-gado hanya saja porsi sayurannya lebih banyak.