Baik Saja Tidak Cukup


Lana masih saja membisu memandangi sepucuk surat bersampul jingga di tangan kanannya. Tak habis akal ia memikirkan bagaimana bias surat itu sampai ke tangannya kembali. Ia tercenung sepersekian detik. Ada bayangan Arga melintas di benaknya.

Arga, kenapa selalu dia kenapa harus ada ekspektasi atasnya lagi.

Bosan.

Bosan

Teriaknya dalam hati. Arga yang baik. Arga yang tidak pernah neko-neko dan selalu sederhana dalam pemikiran dan perilakunya.

Itulah yang membuatku tak berdaya. Selalu seperti itu.


Batinnya lagi.
Arga yang ternyata tidak sepenuhnya memperjuangkanku
Ia mendengar ada suara yang berbeda menyeruak di sela-sela rasionalitas yang sudah mulai terkoyak. Sebetulnya Lana menyadari benar bahwa kenyataan ini sangatlah bertentangan dengan pendiriannya. Ia juga sangat faham bahwa ia akan membutuhkan waktu berhari-hari untuk sekedar menterjemahkan sebuah pesan singkat di ponselnya:

Selamat pagi, Matahari. Terimakasih telah membangunkan dan bersinar hari ini.

Menjadi sangat tidak biasa karena Lana saat itu sedang terjangkit demam. Demam yang hanya dapat diredakan oleh sebuah benda yang mampu menembus jarak dan angkasa. Benda yang hanya menampilkan kode dan sandi. Bisu.

Katakan itu dengan bahasa suara, Arga.

Demam Lana semakin tinggi, badannya menggigil. Kata orang Lana terserang psikosomatis. Penyakit kambuhan yang mulai kronis. Dalam suhu badan yang tinggi ia masih menyimpan harap bahwa Arga akan segera menyadari, ia sedang sekarat. Namun, ternyata Arga sepertinya terlalu sibuk menikmati terangnya siang hingga mungkin ia tidak menyedari bahwa sang Matahari pun akan terbenam.

Arga, aku sakit. Tolong.

Lana mulai putus asa dengan dirinya. Sedangkan Arga tak pernah datang. Hampir mati rasanya ia bertahan. Jiwanya patah.
Lana mulai meyadari bahwa Arga memang berharaga untuk diperjuangkan, dipertahankan. Namun tidak dengan berperang dan mati konyol.
Arga mungkin baik di matamu, pahlawan yang kamu inginkan untuk dapat menyelamatkan jiwamu. Mungkin pula obat penurun panas yang dapat meredakan demammu. Sebenarnya, kamu tidak menginginkan seorang super hero yang mampu menyelamatkanmu dari kehancuran. Yang kamu butuhkan saat ini adalah seorang yang mempercayaimu, memberikan rasa aman dan nyaman. seorang yang sederhana. Tetapi bersedia menggenggam tanganmu untuk berjalan beriringan. Berjuang bersama. Sangat tidak adil jika kamu memperjuangkan dirinya tetapi ia tidak sebaliknya padamu. Baik saja tidak cukup, Lana.

Baik saja tidak cukup.

Dimana Arga disaat kmu kehlangan kepercayaan? Apa yang Arga lakukan disaat kamu butuh seseorang untuk berbagi kesedihan? Lantas, apakah Arga mengingatmu ketika ia bahagia dan tidak bersamamu? dan yang paling sederhana adalah, pernahkah Arga memanggil namamu dengan bibirnya? Tidak pernah.

Ya, baik saja tidak cukup.

Lana beranjak. Ia melangkah dan meletakkan benda berwana jingga itu begitu saja dan berlalu.

GAV 54A, nov 9'10

0 komentar: