Discourse, Hegemoni, dan Ideologi

Ideologi dapat ditemukan pada:
1.      Bahasa, teks, dan representasi
2.      Material institution
3.      Pikiran dan hati (subjektivitas dan identitas kita)

Discourse dan ideology pada bahasa, teks, dan representasi
Interaksi sosial kemasyarakatan yang sehari-hari kita alami melibatkan bahasa sebagai media komunikasi, penyampai pesan. Bahasa yang kita pakai adalah dibentuk dan disepakati. Istilah dan terminology pun juga mengikuti ‘aturan’ yang dibuat untuk merepresentasikan konsep-konsep yang ada di pikiran kita. Kesalahan atau perbedaan penggunaan istilah pada benda akan membawa makna yang berbeda. Misalnya: istilah ‘pelacur’ memiliki berbagai macam istilah pengganti sesuai dengan konteks penggunaanya, yaitu: wanita pekerja seks, pekerja seks komersial, wanita tuna susila, dll. masing-masing istilah membawa konsekuensi sosial, psikologis, dan politis.
Balita dan anak-anak sejak kecil sudah dibentuk ideology tertentu oleh orang tua, sekolah, dan lingkungannya. Pemberian mainan, baju, dan perlakuan di sekolah merupakan cara-cara menginternalisasi nilai-nilai sosial (gender dan seksualitas). Mainan dapat membantu anak-anak berimajinasi seperti orang dewasa, berperilaku, dan mengambil keputusan. Mereka akan meniru dan mengidentifikasikan dirinya menjadi peran-peran sosial yang dibentuk.
Ideologi pada material institution
Representasi ideology dapat ditemukan pada struktur material bangunan dan aktifitas manusia. Arsitektur bangunan/rumah menunjukkan aktifitas dan rutinitas yang dimiliki oleh seseorang. Model hunian di pedesaan tentu akan berbeda dengan model hunian perkotaan yang sebagian besar tinggal di apartemen dan perumahan. Hal ini berpengaruh pada interaksi dan pola pikir yang dimiliki oleh penghuninya. Masyarakat pedesaan akan membangun rumah mereka dengan struktur bangunan yang terbuka, accessible, dan memiliki ruang yang cukup luas untuk berkumpul. Hal ini karena semangat kumunal mereka masih tinggi. Sebaliknya, masyarakat urban biasanya memiliki bangunan yang fungsional dan bersifat personal. Mereka lebih bersifat individualis. Arsitektur juga dapat merubah social structure dan social construction, hal ini dapat dilihat dari penempatan dapur, tempat yang identic dengan area domenstik perempuan, yang dulunya (dan seharusnya) berada di belakang, posisi inferior, karena cenderung kotor dan bau. Kini dapat diatur dengan arsitektur yang lebih indah, cozy, dan tidak harus berada di belakang bagian rumah. Ini menunjukkan bahwa telah ada perubahan yang signifikan terhadap ‘aturan’ perumahan yang sejak dulu diyakini.
Ideologi berada di dalam otak, hati, subjektivitas, dan identitas
Nama yang dimiliki oleh seseorang memiliki konsekuensi sosial, psikologis, dan politis. Nama dan identitas merupakan hasil bentukan faktor eksternal, misalnya religi, ras, kondisi fisik, kewarganegaraan, gender, dan kelas sosial. Memiliki identitas berarti menerima beberapa ‘label’ yang dibentuk oleh lingkungan sosial untuk mengidentifikasi dan membedakan dengan orang lain. Dalam identitas, seseorang menginternalisasi cara-cara berpikir tertentu, perasaan, dan kepercayaan, dan menerima ideology tertentu.
Identitas merujuk pada diri, karakteristik, dan kualitas-kualitas unik yang membedakan seseorang, kelompok, atau sesuatu dari yang lain. Makna dari identitas dihubungkan dengan perbedaan dan persamaan. Sedangkan subjektivitas adalah hubungan antara pemikiran personal seseorang dengan pengalaman pribadinya, bagaimana dia memandang dunia nyata yang membedakannya dari pandangan umum.

Kebangsaan dan Interpelasi
Interpelasi merupakan proses dimana seseorang menginternalisasi ideology sebagai respon ketika dikonstruksi. Identitas kebangsaan merupakan salah satu konstruksi yang membawa pengaruh secara politis bagi individu. Penjajahan dan budaya merupakan faktor utama yang membangun konstruksi tersebut. Bagi beberapa negara yang pernah mengalami penjajahan, akan merasakan bagaimana menjadi asing di negeri sendiri, mereka harus mengikuti dan mematuhi budaya penjajah. Sebutan “kami” dan “mereka” merupakan sebuah batasan yang menujukkan adanya perbedaan antara kaum penjajah dan kaum pribumi. Menjadi kelompok yang menyandang sebutan “mereka” akan membangun subjektifitas dan identitas dengan konsekuensi tertentu pula. Dalam posisi ini media berfungsi sebagai alat ‘hailing’ /menyerukan kepada audience tentang kondisi dan situasi yang terjadi. Media adalah salah satu alat untuk melegitimasi kekuasaan dan kepentingan kelompok tertentu.

Ideologi Dominan dan Hegemoni
Ideologi Dominan adalah sebuah pandangan dunia yang mendukung kelas penguasa, statusquo, dan disosialisasikan oleh kelas yang mayoritas. Istilah ini dipopulerkan oleh Althusser. Ideologi dominan terdiri dari sekumpulan nilai-nilai, kepercayaan, perasaan, dll yang disosialisasikan oleh kelompok mayoritas di masyarakat.

RSA dan ISA
RSA (repressive state apparatuses) adalah institusi/lembaga yang memiliki kekuatan untuk mengontrol masyarakat, seperti TNI, Polisi, Peradilan, dan Penjara.
ISA (ideological state apparatuses) adalah institusi/lembaga yang berfungsi untuk sosialisasi dan persuasi dalam mengontrol masyarakat, misalnya agama, keluarga, pendidikan, dan media
Media sebagai ISA
Althusser berpendapat bahwa media berfungsi untuk melakukan sosialisasi nilai-nilai untuk mendukung kepentingan kelompok, dan ideology tertentu, misalnya budaya patriarkhi, budaya kapitalis, dll melaui program dan acara-acaranya. Dalam melaksanakan tugasnya, media harus mengatasi 2 permasalahan dibawah ini:
1.      Untuk memenangkan dukungan dari ideology dominan melalui prodak media, media juga harus memenangkan simpati dari kelompok minoritas, dengan cara membuat prodak yang menyenangkan mereka, membuat mereka lupa dan tidak lagi berpikir akan posisi mereka yang ‘terjajah’.
2.      Media tertarik untuk memproduksi konten  yang berbau konflik, dan permasalahan. Sesuatu yang bersifat kontroversial dan ‘bad news’ adalah ‘good news’. Hal ini berguna untuk membangun ketegangan dan perhatian dari khalayak. Akan lebih mudah mengontrol khalayak dengan menyuguhkan program-program yang bersifat emosional.
Terdapat beberapa poin yang menunjukkan bagaimana cara kerja media dalam melakukan tugas-tugas ideologisnya.
1.      ‘Masking and Displacing’ social issues dan problems
2.      Incorporating and containg other ideological position
3.      Giving the audiences texts which are pleasureable.

Hegemony
Yang dimaksud dengan hegemoni adalah kekuatan dan kepemimpinan (dominasi) yang terpelihara melalui proses perjuangan dan negosiasi, khususnya dengan memenangkan perhatian kelompok mayoritas untuk menerima pemikiran atau ideology sehingga diterima tanpa kekerasan/paksaan dan dianggap kewajaran oleh masyarakat. Paktik-praktik hegemoni dapat dilihat dengan jelas pada konstruksi budaya patriarki dan budaya kapitalis. Pada budaya patriarkhi, hegemoni dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang melegitimasi bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan tidak setara, sehingga kelompok ini melakukan control dan ‘pemaksaan’ konstruksi ini kepada kaum yang perempuan (dalam hal ini sebagai objek).

(Source: MEDIA AND SOCIETY - O'SHAUGHNESSY AND STADLER-OXFORD)

0 komentar: