Membaca teks dapat dijelaskan sebagai proses interpretasi teks
yang meliputi: melihat, memindai, mendengarkan, dan aktivitas lainnya yang
melibatkan teks, dapat disebut sebagai membaca. Teks dapat berberupa fotografi,
advertisement, film, majalah, website, program televise, artikel di surat
kabar, dan lain-lain. komponen utama dalam kajian media adalah analisis teks
(textual analysis)
Textual analysis adalah proses menginterpretasi, dan menganalisis
beberapa teks media, biasanya berfokus pada bentuk dan isi, style, dan
struktur.
Model : Hubungan antara teks, konteks, dan khalayak
A.
Teks
Analisis tekstual hanya berfokus pada konten teks dan proses
tekstual yang digunakan, misalnya bahasa, bagaimana teks tersebut dipotret,
pergerakan kamera, dan lain-lain. Teks memproduksi makna dengen menunjukkan
dunia di luar teks itu sendiri dan dengan menggunakan kode-kode dalam
representasi. Sehingga khalayak sebaiknya memiliki:
a.
Pengetahuan dunia nyata yang ditunjukkan oleh teks
b.
Pengetahuan akan makna teks
yang telah disepakati bersama
Sehingga, mengintepretasi makna teks bergantung pada pemahaman.
Penting untuk mengetahui dan memahami kode-kode konvensi (kesepakatan bersama)
dalam proses pembentukan teks. Mengetahui makna dari teks bergantung pada
pengetahuan yang dimiliki. Pendekatan yang dipakai dalam analisis ini adalah
Semiotik dan Strukturalis.
B.
Konteks
Auteur theory adalah pendekatan untuk mengkaji film atau prodak
media. Teori ini berfokus pada sutradara sebagai tokoh utama untuk memahami
film yang diproduksi. Sutradara yang mengatur dan mengendalikan semua proses kreatif
pada sebuah project fim. Film merupakan sebuah prodak kreatif yang dibuat oleh
film director (sutradara), dan dapat diinterpretasikan sebagai visi probadinya,
dan ditandai dengan ‘signature style’ yang unik.
Teori ini juga mengelaborasi film dalam konteks produksi, tetapi lalai
menjelaskan keterlibatan/kerjasama dari elemen-elemen lain, misalnya penulis
naskah, actor, dll.
c.
Konteks Distribusi
Karena konteks dari teks mempengaruhi maknanya, maka kita
sebaiknya memahami konteks tersebut dalam melakukan analisis tekstual. Terdapat
dua konteks, yaitu ruang dan waktu: dimana dan kapan teks tersebut dibaca.
Ruang
Setiap teks muncul pada ruang media yang spesifik dan dalam ruang
media yang lebih luas. Iklan majalah muncul dalam majalah tertentu dan dijual
di took tertentu, di lokasi tertentu pula. Sebuah program TV juga akan muncul
pada saluran TV tertentu, dan ditonton di ruangan tertentu (kamar, ruangan
hotel, ruang kuliah, dll). Ruang yang berbeda tersebut dapat mempengaruhi makna
teks. Teks tidak berdiri sendiri, tetapi dikelilingi oleh teks-teks yang lain
(majalah, program TV, dll) yang akan mempengaruhi pembacaan kita. Teks akan
berubah makna bergantung pada siapa yang kita lihat/baca dan dimana/dengan
siapa kita melihatnya.
Misalnya, sebuah film yang biasanya kita tonton di cinepleks
dengan suasana yang rileks, akan berubah maknanya ketika diputar di ruang
kuliah dimana kita kadang harus mencatat beberapa hal dan memperhatikan dengan
seksama.
Teks juga memiliki pembacaan yang berbeda ketika berada dalam
konteks yang lebih luas. Misalnya gambar Madonna atau Britney Spears yang dapat
ditemukan hampir di sluruh dunia. Remaja perempuan yang berasal dari Bali,
Iraq, US, Europe, dan Afrika dengan berbagai latar belakang agama, kepercayaan,
etnis akan memiliki pembacaan yang berbeda-beda terhadap sosok, lagu-lagu, atau
penampilan Madonna dan Britney. Demikian pula dengan remaja laki-laki, mereka
juga memiliki pembacaan yang berbeda pula. Norma sosial dan kelaziman dari
beberapa budaya akan memberikan hubungan timbal balik terhadap teks, dan akan
membuat pembacaan yang berbeda. Jadi kita harus memperhatikan penempatan teks
dalam sosial dan spatial konteks, dan hubungan dengan teks yang lainnya.
Waktu
Sangat penting memperhatikan waktu/kapan seseorang melakukan
aktivitas yang melibatkan teks media dan teks seperti apa yang dikonsumsi
(diinterpretasi). Beberapa teks media diproduksi pada waktu-waktu tertentu.
Misalnya: surat kabar difokuskan pada pagi hari (waktu yang diasosiasikan
dengan jam berangkat kerja), Film biasanya ditonton di malam hari, program-program
TV diatur sedemikian rupa untuk menyesuaikan dengan ritme dan kebiasaan
pemirsanya. Jadi, teks mempunyai konteks waktu yang spesifik untuk menyampaikan
pesannya. Pembacaan teks tidak akan pernah selesai, karena kita harus menemukan
faktor-faktor baru, seperti latar belakang informasi dan aspek yang berbeda
dari konteks sosial dan sejarah, yang akan mempengaruhi pembacaan kita. Semakin
banyak informasi yang kita miliki, akan semakin dengan dengan pemahaman terhadap
teks, dan akan lebih mudah menciptakan makna yang baru.
C.
Khalayak
Makna hanya diciptakan oleh pembaca/khalayak, dan pembaca satu
dengan yang lainnya tentu saja berbeda, sehingga besar kemunngkinan untuk
menghasikan bacaan yang berbeda-beda. Jika memang makna diproduksi oleh
pembaca, maka apakah masih penting menganalisa teks melalui konteks sejarah, kode
tekstual, dll? Oleh karena itu penting untuk memahami pembacaan teks yang ‘dominan. sebetulnya,
teks tidak akan memiliki makna jika tidak dibaca dan dikonsumsi oleh pembaca.
Reception Studies adalah pendekatan untuk mempelajari pembaca
teks, bagaimana pembaca menerima teks secara aktif, membaca, mengkonsumsi, dan
berinteraksi dengan teks media.
Terdapat beberapa cara untuk memahami hubungan media – khalayak
1.
Direct Effect (hypodermic model)
Menjelaskan bahwa
media menyampaikan pesan yang kuat kepada khalayak, yang menyerap makna secara
pasif dan terpengaruh dengan kuat oleh teks tersebut.
2.
Reinforcement
Media
memperkuat ide/perasaan/kepercayaan yang ada. Seseorang cenderung menolak
informasi yang tidak memperkuat pengalaman dan pendapatnya. Media dapat
berperan untuk mengaktivasi saluran komunikasi, sehingga pesan dapat
mempengaruhi khalayak lebih kuat.
3.
Cultivation
Media
memilikiefek komulatif terhadap khalayak. Terpaan jangka panjang dari media
dapat memelihara perilaku dan kepercayaan melalui pesan dan gambar yang
ditampilkan secara berulang dan terus menerus.
4.
Desensitisation
Terpaan
jangka panjang dari media dapat membuat khalayak semakin tidak sensitive atau
tidak responsive terhadap gambar dan pesan yang dilihatnya.
5.
Observational learning and cognitive script
Seseorang
mempelajari bagaimana berperilaku dengan cara melakukan observasi role-model
mereka berperilaku dan mengingat ‘script’ yang ditampilkan. Sehingga mereka
dapat meniru dan melakukan peran yang sama ketika menghadapi situasi yang sama.
6.
Uses-and-gratification
Khalayak menggunakan media dengan
cara-cara yang tidak dapat diprediksikan (melalui seleksi, interpretasi, dan
integrasi dengan aktivitas sehari-hari lainnya) untuk menyenangkan dirinya,
bukan seperti kehendak produsen media. Dalam hal ini khalayak dapat memilih
media yang mereka inginkan, program yang mereka butuhkan, dan menikmatinya
dengan cara yang mereka kehendaki juga.
(Source: MEDIA AND SOCIETY - O'SHAUGHNESSY AND STADLER-OXFORD)
0 komentar:
Posting Komentar