bintang dan kegelapan


Ia masih saja menghisap sisa-sisa sigaret di tangan kanannya. Malam ini ia merasa sesak. Hujan sesore ini membuatnya merasa sedikit berbeda. Ada yang hilang, dan ada yang ia rasakan dalam lubuk hatinya. Lana, perempuan itu telah membuatnya berpikir dan terus berpikir. Benaknya seolah tak dapat ia kendalikan untuk tidak terus memikirkannya.

Pertemuan dengan Lana kemarin malam telah begitu mengganggunya. Lana seolah menjadi hantu dalam benaknya yang membuatnya menjadi seseorang yang kehilangan keberanian untuk memejamkan mata.

Satu setengah tahun yang lalu ia mengenal sosok Lana. Lana adalah seorang perempuan yang biasa-biasa saja, dengan lesung di pipi kirinya. Lana bukan perempuan molek dengan kulit sehalus poselen cina. Lana adalah perempuan yang biasa-biasa saja. Ya, biasa-biasa saja.

Jika saja ia tidak membalas salam itu. Jika saja ia tidak menegurnya lebih dulu. Dan jika saja ia tidak mengiyakan mengantarkannya pulang sore itu...ah seandainya saja sore itu tidak gerimis.

Ia kembali menyulut sebatang sigaret dan menghisapnya dalam-dalam. Dipajamkannya kedua matanya, kegelapan itu yang ia cari. Karena ia ingin berbicara pada Lana. Namun yang ia dapati hanya nafasnya sendiri yang naik turun tidak bertempo. Ia masih melihat titik-titik hitam dalam keterpejamannya. Ia masih terus mencari sesosok yang ia harap dapat ia temukan dan kenali dalam gelap yang tak berbatas itu. Semakin ia memasuki kepekatan dalam kegelapan, yang ia temukan hanyalah siluet hitam yang seolah ingin mencabik-cabiknya.

Lana, ia tahu bahwa ia tidak akan mampu meraihnya. Perbedaan yang telah ia bangun begitu nyata dan tak lagi dapat ia kompromikan. Walaupun ia menyadari bahwa hanya Lana lah yang mampu membuatnya lebih bersemangat menikmati hidup, namun, bersama Lana adalah sebuah pengalaman menikmati sebuah bom waktu.

Hidup adalah perjuangan yang tak berakhir. Dan Lana adalah pengalaman hidupnya, yang tidak mampu ia perjuangkan. Seperti berdiri di dua tepi jurang, ia hanya mampu memandangi Lana, dan sebaliknya Lana juga tidak mampu berbuat selain merelakan dirinya berdiri di sisi yang lain.

Lana, kita nikmati saja episode kita, nikmati saja perih yang ada, kita akan belajar bahwa kebahagiaan adalah sebuah perasan yang tercipta dari setiap peran kita mainkan. Kebahagiaan itu telah nyata Lana, kebahagiaan itu tidak diberikan oleh orang lain. Tapi kebahagiaan itu terbangun dari apapun yang terkecap, saat ini, sekarang, dan nanti. Ini salah satu bentuk kesyukuranku, kepada hidup yang mengajarkanku pahit dan perih, sehingga aku mampu mengecap manis dan legit. Harapanku padamu, aku tidak berharap apapun terhadapmu. Nikmati hidupmu Lana, nikmati setiap detik nafas yang kau hela. Karena kebahagiaan yang ingini, semuanya terlebur dalam setiap aliran darah dan nadi yang terdetak. Aku akan selalu melihatmu dari sini, dari sisi gelapku. Dan ketika kubuka mataku, aku akan menyadari bahwa kau benderang dalam dalam gelapku.

Sore itu kembali gerimis. Angin dingin mulai menyapa dan menguapkan sisa-sisa hawa panas perlahan-lahan. Sesosok bayangan tampak dari balik kaca jendela yang berembun dan terpercik air hujan. Matanya sayu menatapi tetesan air yang bergulir di kaca jendela kamarnya.

Egi, kebahagiaan itu milikmu. Tidak seharusnya kau membaginya bersamaku. Kau memiliki ruang yang tak ingin ku masuki. Jangan pernah ijinkan aku memasuki bahkan tinggal disana. Kau telah mengajarkan bahwa pahit dan getir adalah salah satu rasa bahagia. Namun, kau tak pernah tahu bagaimana rasanya tidak berasa. Bagaimana kau bisa menjelaskan kehampaan yang sekarang aku rasakan? Jika kau menganggap bahwa kebahagiaan itu diciptakan. Maka aku telah menciptakan kebehagiaan itu bersamamu. Aku tidak sedang idealis, Egi. Aku hanya berpikir sederhana. Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sangat menikmati hidupku. Aku mensyukuri setiap helaan nafasku, bahkan aku menikmati irama nadiku detik demi detik. Dan...aku menyadari bahwa aku bukan bintang yang kau pandang dan kau kagumi, aku hanya terlihat dalam kegelapan, aku hanya bayangan yang bisu dan tak berwarna.

Hujan kembali turun, dan langit menjadi gelap. Tidak ada bulan, tidak ada bintang, dan tak tampak benda langit lainnya. Hanya kegelapan tak berbatas.

Inspired by Star and Darkness

July, 6 2010

0 komentar: