Mengapa musti bertahan?
Kamu akan menjadi gila jika terus menerus menuruti apa yang otakmu pikirkan…
Dan menjadi orang tidak waras tentu akan lebih complicated ketimbang orang yang patah hati…yah, meskipun perbedaannya sangat tipis.
Jatuh cinta, patah hati...dan aku berada di tengah-tengahnya…berharap.
Pernah suatu ketika, aku membaca sebuah catatan pinggir Goenawan Mohammad, judulnya aku lupa. Tulisan itu bertutur tentang harapan, perbedaan ‘mengharap’ dan ‘berharap’. Menurut Caping-nya, kata ‘berharap’ memiliki makna yang lebih luwes menghadapi ruang dan waktu. Dalam hal ini mungkin lebih bisa dikatakan memiliki ‘positive thinking’ dari apa yang diharapkan.
Kemudian, apa hubungan antara bertahan dan berharap?
Keduanya sama-sama kata kerja, verb. Dan dalam hal ini aku memaknai dengan sense yang tidak jauh berbeda. Berharap, berarti menunggu sesuatu yang kita inginkan, tentunya sesuatu itu adalah hal yang menarik minat, mungkin juga sesuatu yang sangat ingin kita miliki. Jarang sekali seseorang bersedia menunggu sesuatu yang ia tidak kehendaki. Dalam berharap, tentu akan ada spirit bertahan, seseorang yang dengan sungguh-sungguh berharap, tentu ia juga akan memiliki daya tahan yang kuat sampai apa yang ia inginkan terwujud.
Ia seperti pohon, tetap berdiri selama akar-akarnya kuat mencengkeram bumi di bawahnya. Atau ia seperti batu kali, tak gentar meskipun dihantam arus sungai yang terkadang membabi-buta. Walau pada akhirnya mereka terkadang juga tiba pada titik kekalahan. Si pohon akan tumbang dan tersungkur mencium tanah setelah sekian waktu berjuang untuk tetap tegak berdiri. Batupun hanyut tanpa perlawanan dan tak lagi menentang badai yang membawanya entah kemana.
Dan itu seperti aku…
Soerabaia, 6 June 2008
2 komentar:
mantep tulisan2nya..
bok aku diajari...
wslm
hehehe..terimakasih sudah membaca blog saya... Semangat!!!
Posting Komentar