The Empty Glass



Ummh…masih suka sedih aja pas keinget dia lagi. Berlebihan?! Ga tau. Aku mulai mencoba menganalisa diriku sendiri. Ku ibaratkan diriku kaya’ empty glass. Ya, sebuah gelas kosong bisa diisi apa aja. Bisa bensin, air, tanah, pasir, ato batu sekalipun. Namun, ia ngga bener2 empty kok, dia masih berisi udara, itupun kalo ga di vacoom-in…demikian juga aku. Banyak substansi yang pernah ‘mencoba’ tinggal di dalam gelasku. Ada yang bisa bertahan sehari, tiga hari, bahkan setaun, sebelum semuanya tertumpah atau sengaja kutumpahkan.
Gelasku pernah terisi sebuah substansi yang aku sendiri tak pernah tau persis apa itu. Ia yang membuat gelasku (seolah) penuh, hingga substansi lainpun tak dapat memasukinya. Bahkan udara sekalipun. Ia solid, stabil, tapi (menurutku) sangat kalis dan fleksibel. Aku tidak peduli dengan warnanya. Ia mengalir tapi tidak akan pernah tumpah. Ia seperti udara namun tak menguap. Ia indah sekaligus menyakitkan. Ia penuh tetapi sebenarnya tidak benar2 mengisi. Ia kamuflase.

May, 29th

0 komentar: