Setelah lama tidak terdengar dalam pertarungan industri musik internasional, group vocal asal Irlandia ini kembali dengan album terbarunya Where We Are. Sejenak jika kita menyimak lagu-lagu di dalammya akan langsung dapat mengenali warna vokal Shane, Marx, Nicky, dan Keane. Meskipun demikian, dominasi Shane dan Marx masih kental dalam beberapa single yang ditawarkan. Westlife mengingatkan saya dengan era tahun 1990 akhir, dimana boyband-boyband dari Amrik dan Inggris merajai tangga lagu, baik di Indonesia maupun di kancah Internasional. Sejujurnya saya bukan penggemar boyband. Namun ketika saya mendengarkan salah satu single andalan Westlife di album ini, How to Break a Heart, saya memiliki kesan tersendiri. Musik mereka lebih rapi, vokal aransemennya lebih matang, dan pemilihan hits dan lagu yang diusung juga mengalami banyak perkembangan. Vocal Marx yang khas memberikan improvisasi yang apik pada album ini. Selain itu, jika dahulu Westlife identik dengan lagu-lagu cover version, kini mereka lebih percaya diri dengan menghadirkan lagu-lagu baru di albumnya. Secara keseluruhan, lagu-lagu di album ini cukup easy listening, beberapa lagu yang mungkin memiliki kans yang bagus untuk bersaing misalnya Leaving, lagu ini memiliki atmosfir yang sangat kuat dan warna yang sangat tajam. Kesan yang hampir sama dapat juga ditemukan pada lagu No More Heroes. Meskipun mereka masih setia dengan tempo-tempo moderat dan cenderung lambat, namun ternyata disitulah letak kekuatannya. Kualitas vocal Westlife teruji disana dan menjadi salah satu afirmasi bahwa mereka masih eksis dan layak diperhitungkan bersanding dengan musisi-musisi lainnya. Well, good job guys!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Live Traffic Feed
Tags
- #QuinStory (2)
- 35mm (2)
- a la cipRit (2)
- catatan ciprit (75)
- cerita Lana (5)
- cerpen (1)
- city branding (1)
- communication (11)
- creative industries (6)
- culture and nations (3)
- curhat sore (7)
- di kampus (5)
- education (1)
- friendship (2)
- GAPURA (5)
- gender (5)
- Iris (2)
- kapitalisme (4)
- kuliner (3)
- law and media (7)
- media (17)
- music (1)
- musics (1)
- net generation (5)
- network society (5)
- new media (3)
- nihonggo (1)
- Novel (4)
- places (3)
- Quin (1)
- resensi (19)
- resep-resep (2)
- sentil (13)
- telecommunity (3)
- tentang kamu (20)
- teori sosial (14)
- Toilet Thoughts (6)
- Yogyakarta (5)
cipRitFrends
Jendela cipRitWoRLd
-
Model pengembangan ekonomi kreatif yang dikembangkan untuk Indonesia berupa bangunan yang terdiri dari komponen pondasi, 5 pilar, dan atap y...
-
Network Society adalah salah satu pendekatan yang dipopulerkan oleh seorang ahli ilmu media dan komunikasi Jan van Dijk. Dalam bukunya ya...
-
Teori Poskolonial atau teori Pasca Kolonial merupakan respon dari penjajahan yang dilakukan oleh negara-negara Eropa terhadap negara-negar...
-
Agak telat juga kalau saya nulis resensinya. Hanya ingin sharing tentang konten dan musik di album ini saja. Eniwe, ini adalah salah satu a...
-
Michael Foucault adalah seorang filsuf berkebangsaan Prancis, ia menjadi salah satu pemikir yang cukup berpengaruh pada era post-moderni. Pe...
0 komentar:
Posting Komentar