Nangkring Nang Angkringan



Satu lagi ‘budaya’ yang tidak bisa dilepaskan dari Jogja. Ngangkring, alias makan di angkringan. Beberapa waktu lalu, aku dikunjungi oleh salah satu teman dari Jakarta. Setelah lama muter-muter di Togamas Gejayan, akhirnya kami kelaparan dan dia mengajakku mampir ke Hoka-hoka Bento Jakal. Aku tersenyum geli, karena terakhir kali aku makan masakan Hokben ketika semester akhir kuliah bersama Kadek, Meiza, dan Luci. OMG, hampir 2 tahun yang lalu. Walaupun aku suka makan makanan Jepang, tapi kalau Hokben, kayaknya aku pikir-pikir lagi. Bukan karena harganya, tapi rasa makanannya kurang nJepang aja
.

“Oalah No, adoh-adoh nang Jogja ternyata mangan nang Hokben. Njekethek” aku nyeletuk.
Akhirnya dia memutuskan hanya minum es kacang merah, dan mengajakku makan di tempat lain.
Thanks to Natia yang sudah menunjukkan tempat ini. Aku tidak tau nama tepatnya, aku hanya menyebutnya angkringan Wijilan, karena tempatnya berada di sepanjang jalan Wijilan, kompleks Alkid (Alun-alun Kidul). Angkringan Wijilan ini adalah angkringan pertama yang aku coba selama di Jogya. Pernah juga sih pengen ngangkring, tapi bolak balik aku urungkan karena nggak asik kalau sendirian, apalagi yang dateng disana kebanyakan cowok semua.
Kalau di Surabaya mungkin lebih dikenal dengan sebutan lesehan, seperti yang populer tuh di seputaran pasar Pucang dan sepanjang jalan Dharmawangsa. Oh My... aku tiba-tiba inget makan ronde Biliton bareng Igo dan dek Tri. I do really miss them and that place.
Balik lagi ke angkringan Wijilan, tempatnya lumayan luas, 2 lantai bo!. Parkiran motor OK, dan pake sistem swalayan lagi, dengan menu yang variatif. Di angkringan biasa, umumnya hanya menjual sego kucing, sate usus, sate telor puyuh, dan gorengan. Kalau disini, masakannya sangaaaatttt beragam, serius nih. Mulai dari oseng, sayur bening, olahan daging, olahan telor, aneka mie, dan krupuk-krupukan yang udah dikemas paket hemat!. Satu hal, nasinya aku sukkaak! Lembek, hehehe...
Dengan suasana remang-remang, makan juga nggak perlu buru-buru, karena mereka buka sampai tengah malam/ seabisnya masakan. Bisa sambil pacaran, curhat, diskusi, dan kalau buka laptop kayaknya enggak deh. Harga sich relatif ya, menurutku sama aja dengan warung-warung kebanyakan. Nasi, telor, sambal goreng usus, tahu goreng, sambel bawang, teh anget = 10 ribu. Saran aja, kalau memang ingin makan disana, bawa tisu dan cairan pembunuh bakteri. Karena kalo pas apes, sendok dan piringnya kadang masih bau daging dan berlemak. Dimaklumi aja, karena memang banyak banget pengunjungnya. Sebagai tempat untuk menikmati kuliner Jogya di waktu malam, angkringan ini lumayan kok jadi tempat rehat.
Untuk menuju ke angkringan Wijilan bisa lewat jalan mataram, sebelum perempatan ke Jogjatronik, belok kanan sampai terowongan sebelah kiri sebelum Alkid. Setelah masuk ke terowongan, angkringannya tepat di depan Klinik kesehatan Bengkel Hati. Selamat ngangkring!

0 komentar: