Jika biasanya
aku hanya butuh waktu satu bulan untuk menyelesaikan screenplay sampai dengan
draft ketiga, sudah hampir 2 minggu screenplay-ku masih berupa raw material
yang belum kelihatan ‘warna’nya. Payah! Salahku juga kenapa aku memaksa Padma ikut dalam project ini. Dari awal
sudah kusadari bahwa nantinya pasti bakal repot. Mendengarkannya berteori kesana kemari.
Banyak hal yang
aku pertaruhkan ketika memutuskan
untuk ‘mengontrak’nya menjadi co-scriptwriterku, termasuk menghapus Ale dari list credit title. Maklum jika nantinya
mungkin Ale akan membenciku seumur hidup. Tidak ada yang immortal di dunia ini.
Yang pasti aku yakini hanya kematian dan kelahiran. Segala yang ada diantaranya
pasti berubah.
Film terbaruku,
Biru Hari Suri, adalah sebuah film bergenre surealis. Bercerita
tentang perjuangan seorang musisi wanita yang sedang menjalani pemulihan adiksi terhadap narkoba. Bagaimana
beratnya berperang melawan dirinya sendiri sekaligus menghadapi rumitnya permasalahan psiko-sosialnya sebagai istri, ibu, dan anggota masyarakat. Porsi monolog
interpersonal akan lebih banyak dalam film yang berdurasi tidak lebih dari 20 menit ini. Karena tujuan utama pembuatan film ini tidak lain untuk menunjukkan sebuah penyakit otak yang disebut
adiksi dan penderitaan yang diakibatkannya. Settingnya kuambil di Yogyakarta,
kota yang katanya damai itu.